JellyPages.com

Wednesday, January 9, 2013

#LDR vs #stopLDR


Malam ini, di hari Menulis Sedunia ini, dan ditengah kegalauan saya antara belajar Agama karena takut gak bisa dan gak belajar karena takut kecewa yang pada akhirnya.. saya memutuskan.. untuk melakukan keduanya.. *apasih* Sudah-sudah saya memang belum bisa bikin pembuka tulisan yang baik. Langsung saja ke inti permasalahan.
Jadi malam ini di TL (timeline-red) saya sedang rame hastag #stopLDR yang dipelopori oleh Mas Alitt dan Mas Bara. Entahlah, mereka sengaja bikin pejuang LDR galau, atau cari temen jomblo yang gagal LDR saya juga gak ngerti. Dari situlah dimulai pertarungan sengit antara pejuang #LDR dengan mereka yang menolak LDR dengan #stopLDR. Mereka yang sedang menjalani dan memperjuangkan LDR mencoba melawan pemikiran para penolak LDR yang selalu beranggapan bahwa LDR itu gak ada yang awet, rentan akan perselingkuhan dan pengkhianatan oleh pasangan yang berada jauh disana.
Saya sendiri yang memang belum lama ini memutuskan untuk jadi pejuang LDR sebenarnya agak kurang setuju sama #stopLDR ini, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa twit yang berhastag #stopLDR yang merupakan pengalaman pribadi beberapa pihak ini benar adanya.

Banyak orang beranggapan bahwa “LDR tanpa perselingkuhan itu bullshit, mana mungkin dia yang jauh disana bisa bertahan hanya dengan kita yang berbeda kota tanpa mencari tambatan hati lain di kota yang sama dengan dia. Iya mungkin dia bilang dia setia sm kita, tapi kita gak tahu dia seperti apa dibelakang kita. Yang deket aja bisa nikung, apalagi yang jauh dan gak pernah ketemu. LDR itu penuh dengan penantian yang tidak pasti. Mau ketemu aja harus nunggu dia yang jauh disana nyamperin, iya kalo dia nepatin janji dan beneran nyamperin, kalo cuma di-PHP-in dan ternyata dia malah mendua sama orang lain ya nyakitin.” Ya, itu beberapa contoh tanggapan mereka yang kontra dengan LDR. Mereka yang setuju dengan #stopLDR ini biasanya memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dengan LDR, mungkin pernah dikhianati sama pasangan LDRnya, atau mungkin malah yang mengkhianati karena menemukan tambatan hati yang lebih dekat. Entahlah, saya juga gak begitu ngerti.
Disisi lain, para pejuang LDR yang menentang #stopLDR karena merasa tidak semua pasangan LDR seperti itu. Tidak semuanya selingkuh dan berkhianat. LDR itu bisa melatih kesabaran, belajar percaya sama pasangan, dan membuat kita makin dewasa menghadapi masalah. LDR itu sebuah tantangan tersendiri yang memang banyak ujiannya, tapi semuanya tergantung kita bagaimana cara menghadapi berbagai macam ujian yang menghadang itu.
Bagi kalian yang mungkin akan atau sedang menjalani LDR, #ayoLDR. Tapi siapkan mental, amunisi kesabaran, serta belajar percaya dan positif thinking. Dan jangan sekali-kali menodai hubungan LDR kalian dengan perselingkuhan, karena hal itu yang akan menyebabkan seseorang trauma dengan yang namanya Long Distance Relationship ini. Jadikan pengalaman mereka yang pernah gagal LDR sebagai pelajaran agar tidak sampai terjadi kepada kita.
Dan bagi yang pro dengan #stopLDR itu hak kalian dalam menyampaikan pendapat, dan terimakasih sudah berbagi pengalama LDR yang bisa digunakan sebagai pelajaran bagi para pejuang LDR.
Ah, pokoknya kesimpulan dari perbedaan pendapat tersebut menurut saya tergantung sama keyakinan masing-masing orangnya.
LDR atau tidak, selingkuh atau setia tergantung masing-masing orang yang menjalaninya. Tergantung kuat atau tidaknya iman seseorang dalam menghadapi jarak.
Perbedaan itu indah, dari perbedaan kita bisa banyak hal seperti perbedaan pendapat dalam LDR ini. Jadi, sekian tulisan saya kali ini. Semoga dengan adanya hastag #stopLDR tidak memicu konflik yang lebih mendalam dan perpecahan diantara semua manusia yang penuh dengan perbedaan ini.
Wassalam! 

No comments:

Post a Comment